Bermula
dari kekerasan terhadap Jama’ah Ahmadiyah, dan umat Kristen, umat Islam disudutkan.
Umat Islam dituduh kerap melakukan kekerasan terhadap kelompok Minoritas.
Ujung-ujungnya, pemerintah diminta membubarkan ormas Islam. Padahal, Ormas
Islam adalah pilar, dan basis pembinaan umat. Umat tidak boleh diam, umat harus
bersatu, ormas Islam harus tetap eksis.
Pemicunya adalah
peristiwa kekerasan di Cikeusik dan Temanggung. Para pejuang anti Islam yang
selama ini getol membela aliran sesat, kini menabuh perang. Bukan hanya pelaku kekerasan dikutuk,
atau sekadar mengadili pelaku kekerasan. Malah, kampanye pembubaran ormas Islam
digalakkan..
Salah satu kampanye yang paling efektif , menggiring
opini masyarakat lewat media massa yang mereka kuasai, atau paling tidak sevisi
dengan mereka. Salah satu contohnya, opini di harian kompas 14/2, “Kebinekaan
pun “terancam”.
Sekilas
opini tersebut tidak ada masalah. Namun opini tersebut dipoles sedemikian rupa,
ujungnya, yakni menuduh bahwa pelaku dari tindakan anarkis terhadap Ahmadiyah
dan Kristen, adalah Ormas Islam. Sehingga, Ormas Islam yang kerap bertindak
anarkis harus dibubarkan.
Meski,
tuduhan tersebut tidak didukung oleh fakta. Hasil investigasi polisi di
lapangan, sebagaimana yang dilansir Kapolri Jenderal Timur Pradopo usai dengan
pendapat denganDPR RI, mengatakan bahwa hasil investigasi polisi, tidak ada
ormas yang terlibat dari penyerangan di kedua tempat.
Meski fakta
keterlibatan ormas Islam, tidak terbukti, tetap saja ormas Islam disandera,
disudutkan. Bahkan, saat ini opini, dan wacana yang dikembangkan, yang ramai
diperdebatkan diberbagai diskusi, di warkop, di media massa, adalah pembubaran
Ormas Islam, pencabutan SKB 3 Menteri. Bukan lagi, mengusut pelaku kekerasan,
atau mengurai akar permasalahan dari berbagai tindakan kekerasan terhadap Jama’ah
Ahmadiyah, dan umat kristen.
Akar Masalahnya
Andaikata
para pembela aliran sesat, pejuang kebebasan beragama, mau jujur, dengan
melihat fakta dan akar masalahnya, yang menyebabkan sekolompok umat Islam kerap
bertindak anarkis. Mereka tidak membabi buta menyalahkan umat Islam, yang
berujung tuntutan pembubaran ormas Islam.
Apabila
kita menengok kebelakang, hampir semua tindakan anarkis yang dilakukan
sekolompok umat, dipicu oleh ulah kelompok yang diserang. Kekerasan terhadap
Ahmadiyah beberapa kali diberbagai tempat, akibat ulah Ahmadiyah yang tidak
mengindahkan SKB tiga menteri, yang melarang Ahmadiyah melakukan aktivitas.
Ahmadiyah
selalu ditegur keras oleh masyarakat, namun mereka tetap saja bersikeras
melakukan aktivitas dakwahnya. Padahal, mereka telah divonis sesat, dan
menyesatkan umat. Salah satu, kesesatannya yakni mengakui Mirza Ghulam Ahmad,
sebagai Nabi, serta mempunyai kitab suci Tadzkirah. Ahmadiyah juga mengakui dua
kota di India sebagai kota sucinya, bukan Makkah.
Prinsip-prinsip
tersebut sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Sehingga, Ahmadiyah dianggap
sesat, dan disuruh keluar dari Agama Islam, serta mendirikan agama baru. Tapi
mereka tetap bersikeras mengaku Islam, mendakwahkan ajarannya kepada umat
Islam. Inilah yang membuat umat Islam marah, hingga berbuat anarkis.
Seandainya, Ahmadiyah menyatakan bukan dari Islam, maka tidak ada tindakan
anarkis terhadap mereka. Sebab, umat Islam berprinsip, bagiku agamaku, bagimu
agamamu, selama tidak mengganggu keyakinan umat, kita damai hidup berdampingan.
Prinsip
Islam tersebut, bukan isapan jempol belaka. Dimana mayoritas Islam, pasti hidup
rukun dengan agama lain. Dalam Islam mempergauli tetangga sangat dianjurkan,
bahkan Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam, bersabda, ”tidak beriman seseorang, apabila akibat perbuatannya,
tetangganya tidak merasa tenang”(.....?. Sebaliknya, apabila umat
Islam minoritas mereka selalu terdzhalimi oleh umat agama dan kelompok lain. Umat
Islam kerap didzhalimi, dilarang menjalankan ajaran agamanya, serta mengalami
kekerasan fisik, misalnya; di Thailand, di Filipina, serta beberapa negara di
Eropa.
Anehnya,
para penggiat HAM, pejuang kebebasan beragama, yang mayoritas beragama Islam,
tidak kedengaran suaranya membela umat Islam yang terdzhalimi. Berbanding
terbalik, jika umat lain dihakimi kelompok Islam. Meski, pemicunya kelompok itu
sendiri. Seperti kekerasan di Temanggung, dipicu oleh ulah Antonius yang
mengaku pendeta menyebarkan buku yang melecehkan Islam. Kemudian, dihukum tidak
sesuai dengan tingkat perbuatannya. Terjadilah kemarahan umat, berujung
anarkis.
Kekerasan
terhadap umat Kristen di Temanggung, bukan yang pertama terjadi. Beberapa bulan
lalu, juga terjadi di Bekasi. Tapi, lagi-lagi tindakan anarkis itu, dipicu oleh
umat Kristen, bukan umat Islam, yang selalu jadi tersandera dan tertuduh.
Kejadian tersebut dipicu oleh umat Kristen yang tidak taat pada aturan, yang
melarang umat lain, mendirikan rumah
ibadah di tengah-tengah mayoritas umat Lain. Umat Kristen tetap saja tidak
menggubris peringatan pemerintah dan masyarakat. Bahkan polisi sudah menyegel
tempat ibadahnya, tetap saja mempergunakannya, masyarakatpun tidak tahan
melihat ulah mereka, maka bentrokan pun tidak bisa dihindari.
Memutarbalikkan Fakta
Argumen dan
fakta yang dibangun penulis, tidak berarti membenarkan berbagai tindakan
anarkis. Sekali lagi tidak. Namun, penulis menginginkan mendudukkan berbagai
persoalan secara proporsional. Siapa saja bersalah tetap harus mendapat hukuman
yang setimpal. Ahmadiyah yang tidak taat terhadap SKB, yang ditandatangani
Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung, tetap harus mendapat
sanksi dan hukuman
Begitu
juga, dengan pelaku anarkis, tetap harus diselidiki, dan dihukum sebagaimana
kesalahan yang mereka perbuat. Namun, wilayah hukum, adalah tugas dan tanggung
jawab polisi untuk menyelidiki, dan membawanya kepengadilan, serta mendapat
hukuman sesuai tingkat kesalahannya. Bukan tugas sekelompok pejuang HAM,
kebebasan yang menjatuhkan vonis, seakan-seakan mereka paling benar, paling
nasionalis. Padahal, kelompok-kelompok merekalah yang banyak ditunggangi
kepentingan asing, “menjual negara” kepada pihak asing demi nafsu mereka.
Kelompok-kelompok
inilah yang membangun menggiring opini publik, dengan stigma, bahwa ormas Islam
kerap bertindak anarkis, dan harus dibubarkan. Penggiringan opini publik, serta
pemutar balikkan fakta, adalah sebuah skenario besar yang disusun kelompok
Islam fhobia, yang dibiayai oleh LSM asing, sebagai sebuah proyek penghancuran
Islam. Jika hal itu terjadi, dan indikasinya kebenarannya didukung fakta-fakta
dilapangan, misalnya, Kapolri mengatakan bahwa tidak ada Ormas Islam terlibat,
tapi wacana yang dikembangkan oleh sebagian kelompok lewat media, selalu
menuduh Ormas Islam terlibat.
Pola
penggiringan opini bagi umat Islam, bukanlah hal baru. Meski, esensinya sedikit
mengalami perubahan, tapi polanya tetap sama. Media tetap menjadi alat paling
efektif dalam menjalankan propagandanya. Umat digiring menerima dan menyetujui
pendapat. Demi menguatkan propagandanya, dikutiplah pendapat beberapa tokoh
Islam. Sekali lagi ini pola lama, namun
tujuannya tetap memojokkan Islam. Jika Islam terstigma secara negatif, Islam
akan dijauhi, bahkan oleh pemeluknya sekalipun.
Umat Bersatu
Berbagai propoganda yang menyudutkan Islam,
dan Ormas Islam sebagai basis pembinaan umat, dari kelompok Islam fhobia, yang
selalu memanfaatkan momentum kelengahan umat, tidak boleh diabaikan dan
didiamkan. Apabila, diabaikan bisa berakibat fatal. Hari ini boleh gagal, tapi
besok bisa berhasil, jika umat tidak tegas, dan bersatu membendung propoganda
mereka. Mereka didukung oleh dana yang “wah”,
inilah kekuatan mereka, disamping kekuatan asing, dan dukungan sebagian besar media massa.
Menghadapi serangan musuh Islam, yang
dipelopri berbagai kelompok, tidak jalan lain, umat harus bersatu. Umat Islam
harus merapatkan barisannya, ukhuwah perlu dirajut. Singkirkan segala perbedaan
yang bersifat khilafiyah. Benih-benih perbedaan jangan diperlebar, sebaliknya
dipersempit. Saling curiga, klaim diri paling benar, bukan saatnya lagi.
Saatnya sekarang, memikirkan langkah
terbaik, mengatur strategi jitu menghadapi musuh-musuh Islam. Strategi terbaik,
adalah dengan menguatkan ukhuwah Islamiyah, memperbanyak silaturahim, dan menggencarkan
pembinaan umat dengan dakwah. Meski,
merajut ukhuwah, di tengah perbedaan, diberbagai komponem umat bukanlah
hal mudah. Butuh sebuah perjuangan besar, tidak berarti tidak bisa dicapai.
Selama ada kemauan, selama ada usaha menuju kesana.
Begitu
banyak dalam Al Qur’an dan hadits yang bercerita, tentang penting, serta
keutamaan dari sebuah ukhuwah Islamiyah. Allah Subhana Wa ta’ala berfirman
dalam al-Quran Surat Surat al-Hujurat ayat 10:”Sesungguhnya orang-orang
mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”.
Ayat di
atas sekali lagi menegaskan akan penting dan keutamaan sebuah ukhuwah
Islamiyah. Hal ini, perlu di sadari betul oleh umat. Lagi pula, di tengah
berbagai tudingan kelompok Islam fhobia, umat Islam harus memperlihatkan
ukhuwah Islamiyah untuk menghadapi mereka. Umat akan kuat, dan siap menghadapi
musuh dengan kekuatan apapun, serta dari berbagai sudut serangan, kalau umat
Islam bersatu, umat Islam tidak saling menyal. hkan sendiri. Apatah lagi,
saling cakar, saling menuduh,sifat seperti akan memperlemah kekuatan Islam.
Sejarah pun
mencatat, bahwa ukhuwah Islamiyah merupakan pilar utama perkembangan Islam
sejak dahulu hingga sekarang. Sejak pertama Rasulullah hijrah ke Madinah
sebagai cikal bakal lahirnya peradaban Islam, yang sampai sekarang tidak ada
menandingi. Langkah pertama Rasulullah, adalah mempersaudarakan antara kaum
Muhajirin dan kaum Anshar.
Ukhuwah
Islamiyah inilah, yang melahirkan energi besar dan kekuatan dahsyat. Sehingga,
daulah Islamiyah dapat di Jazirah dapat mencapai kejayaannya. Rasulullah
Shallallahu alaihi bersabda, yang diriwayatkan Bukhari“Sesungguhnya
orang-orang mukmin dengan orang-orang mukmin lainnya itu ibarat bangunan yang
satu bagiannya menguatkan bagian yang lainnya”.
Olehnya itu, jika kejayaan umat terdahulu ukhuwah Islamiyah menjadi
salah satu pilar utamanya. Kitapun harus yakin, bahwa kejayaan Islam hari ini,
dan seterusnya, ukhuwah Islamiyah juga akan menjadi salah satu pilar utamanya.
Maka, menjadi tugas dan
kewajiban kita untuk menjaga ukhuwah islamiyah itu agar tetap terjaga dengan
baik dan kokoh demi kejayaan Islam. Semoga Allah Subhanahu Wa Taala memberkati
dan meridhai tiap langkah dan gerak-gerik kita di dunia ini. Sehingga,
kebahagian dunia dan akhirat dapat tercapai, dengan kejayaan Islam, dan kaum
muslimin.
(Burhanuddin, Makassar, 15
Februari 2011)
No comments:
Post a Comment