Kekuatan apapun yang dibangun oleh manusia, tidak akan mampu melawan
kekuatan Allah. Sebagaimana kekuatan Teknologi yang dibangun Jepang, semuanya
kecil di mata Allah. Satu kali hantaman tsunami, semuanya ambruk.
Begitulah gambaran yang terjadi pada peristiwa tsunami Jepang, Jum’at/ 11 Maret 2011 lalu. Tsunami terjadi akibat gempa berkekuatan 9 skala Richter. Saking hebatnya gempa tersebut, sejumlah fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir di Jepang rusak. Industri yang menjadi tulang punggung perekonomian ikut terganggu karena pasokan listriknya.
Begitulah gambaran yang terjadi pada peristiwa tsunami Jepang, Jum’at/ 11 Maret 2011 lalu. Tsunami terjadi akibat gempa berkekuatan 9 skala Richter. Saking hebatnya gempa tersebut, sejumlah fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir di Jepang rusak. Industri yang menjadi tulang punggung perekonomian ikut terganggu karena pasokan listriknya.
Tidak hanya itu, perumahan masyarakat juga kekurangan
pasokan listrik. Sekitar kurang lebih 7.000 orang meninggal, dengan 10.000
orang hilang, dengan kerugian materi yang belum terkira jumlahnya. Di tambah
lagi rasa trauma masyarakat terhadap bencana tsunami susulan.Kekhawatiran masyarakat bertambah akibat pusat nuklir
Jepang yang sebagian terbakar, dan tidak bisa berfungsi sebagaimana biasanya.
Hal ini, bisa menimbulkan bahaya lebih besar. Apabila tidak cepat berfungsi
masyarakat akan kedinginan, bocoran gasnya akan menimbulkan penyakit. Akibatnya, Jepang terancam ditinggalkan
masyarakatnya, terutama negara asing yang selama ini mengadu nasib di Jepang.
Kekuatan Allah Tak Tertandingi
Begitu banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik dari
bencana Tsunami di Jepang. Jepang yang selama ini dianggap sebagai sebuah negara
super power dalam bidang teknologi, ternyata tidak mampu menghadap kekuatan
teknologi Allah ‘Azza wa Jalla. Meski kekuatan teknologi tersebut hanya berupa
gempa dan aliran air.
Padahal, teknologi Jepang yang selama ini jadi kiblat
teknologi dunia, selalu diagung-agungkan. Hampir semua jenis teknologi mutakhir
ada di Jepang. Konon kabarnya, Jepang sudah memiliki gedung anti gempa,
mempunyai alat pendeteksi gempa dan tsunami, serta berbagai teknologi lain
seperti perangkat yang terpasang di dasar atau permukaan laut yang terkoneksi
dengan satelit, serta adanya tembok beton pada 40% garis pantai Jepang, yang
diyakini dapat menangkal berbagai bencana yang dapat membahayakan negara
tersebut.
Namun,
apa hendak dikata, ternyata teknologi yang canggih tersebut, tidak berdaya
menghadapi hantaman gempa. Inilah bukti, bahwa teknologi jenis apapun buatan
manusia, tidak mampu dan berdaya di atas kekuasaan Allah. Kekuatan teknologi
yang dibuat manusia, bagaimanapun dashyat dan canggihnya, semuanya tak punya
daya dan upaya dalam menahan kekuatan Allah. Mungkin, tak pernah dibayangkan
dalam benak masyarakat Jepang, bahkan masyarakat dunia, apabila gedung-gedung,
jalan-jalan, rel kereta, yang dibangun dengan teknologi super canggih, ternyata
tak ada apa-apanya, dan bertekuk lutut, luluh lantak dengan kiriman Allah,
hanya berupa gempa dan aliran air.
Gempa tsunami tersebut, sebagian kecil dari dasyatnya kekuatan
dan kekuasaan Allah, yang akan diperlihatkan kepada manusia. Dalam al-Quran
Allah berfirman (artinya), “Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan
pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu
benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu?” (QS.
Fushilat [41]:53).
Jadi segala yang terjadi di dunia, semuanya berada dalam
kehendak kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya
siang dan malam terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya bagi orang yang berakal.
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya) berkata, ‘ya, Tuhan Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia.” (QS. Ali Imran[3]:190-191).
Pada hakikatnya berbagai fenomena yang terjadi, baik
berupa bencana, kejaiban dunia atau kebahagian sekalipun, semuanya bagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah. Namun, oleh sebagian dari manusia, fenomena
tersebut dianggap sebagai sebuah sunatullah biasa saja, yang tidak perlu
direnungi, dan dijadikan sarana mendekatkan diri pada Allah.
Bahkan, sebagian besar dari manusia menyikapinya, dengan
berbuat kemaksiatan, sombong dan takabur. Olehnya itu, Allah menurunkan bencana
sebagai bahan teguran. Salah satu tujuannya, agar manusia mengambil hikmah dan
pelajaran dari berbagai musibah yang terjadi disekelilingnya.
Makna Musibah
Sebenarnya musibah sudah menjadi sunnatullah dalam
kehidupan manusia. Dia akan datang kapan dan di mana saja. Tak kenal siang tak
kenal malam. Namun, yang terpenting dari semua itu, bagaimana mengambil hikmah
dan pelajaran dari sebuah musibah yang datang silih berganti.
Bagi orang beriman, setiap musibah dapat dimaknai dalam tiga hal;
- Sebagai cobaan.
- Sebagai peringatan dan penebus dosa bagi orang Islam yang bermaksiat.
- Sebagai hukuman dan siksaan bagi orang-orang zhalim.
1) Sebagai cobaan.
Seorang muslim, yang
taat akan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, musibah berarti
sebuah cobaan. Tujuannya untuk mengetahui takaran dan nilai keimannya. Apakah
betul beriman, atau keimananannya sebagai sandiwara saja.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka
dibiarkan saja mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedangkan mereka tidak diuji
lagi. Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, sehingga
Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui
orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut [29]:2-3).
Di ayat lain Allah juga berfirman:”Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
padamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya,
‘bilakah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah
itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah[2]:214).
Demikianlah Allah Subhanahu
wa Ta’ala mempergilirkan bencana demi bencana kepada orang beriman. Sekali
lagi tujuanya sebagai cobaan, dan menguji kadar keimanan seorang hamba.
Sehingga, seorang muslim tidak boleh berputus asa dengan bencana. Sebaliknya,
tetap menguatkan keimanannya, serta tetap menjalankan aktivitasnya sebagaimana
mestinya.
2) Sebagai peringatan dan penebus dosa bagi orang Islam yang bermaksiat.
Bencana yang menimpa seorang muslim, dapat
berarti peringatan, serta penghapus dosa bagi orang Islam, yang kerap
bermaksiat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Tujuannya supaya seorang hamba menyadari akan kesalahan dan dosanya.
Di dalam al-Quran disebutkan: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka (kembali) ke jalan yang benar.” (QS. Rum [30]:41). Ayat
di atas dipertegas oleh sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam: “Barangsiapa
dikehendaki Allah memperoleh kebaikan, Allah menimpakan musibah
kepadanya.” (HR.Bukhari).
3) Sebagai hukuman dan siksaan bagi orang-orang zhalim.
Bagi orang-orang kafir, atau
orang-orang tidak mempedulikan berbagai peringatan, Allah pun menimpakan
bencana sebagai hukuman dan siksaan bagi mereka. Allah berfirman: ”Dan jika Kami hendak membinasakan suatu
negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam
negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku kepada mereka perkataan (ketentuan
kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS.
Al-Isra[17]:16).
Hukuman dan siksaan Allah telah dipergilirkan kepada setiap kaum yang pernah ada di muka bumi ini. Di antaranya, kaum nabi Shalih yang diruntuhkan rumahnya. Kaum nabi Luth yang ditimpakan bencana berupa hujan batu. Kaum Fir’aun yang dikirimkan taufan, belalang, kutu, katak, serta air minum mereka berubah jadi darah.
Begitulah Allah akan terus mendatangkan bencana kepada hambaNya, yang memiliki arti dan pemaknaan yang berbeda, sesuai dengan kadar keimanannya masing-masing. Bencana tersebut menunjukan akan kekuatan dan kekuasaan Allah terhadap manusia. Manusia yang ditimpakan bencana kepadanya adalah manusia-manusia super power, dengan berbagai kelebihan di zamannya.
Siapa yang tidak tahu kekuatan Fir’aun dengan kekuatan sihirnya, sampai-sampai mengaku sebagai Tuhan. Begitu juga dengan kekuatan teknologi yang dibangun AS, Jepang. Tapi, semuanya itu lemah, dan tidak ada apa-apanya di atas kekuatan dan kekuasaan Allah. Olehnya itu, sudah seharusnya setiap insan bersandar dan memohon pertolongan kepada Allah. Agar bisa selamat dunia dan akhirat.
No comments:
Post a Comment