Monday 3 December 2012

0
Komen

Membangun Pendidikan Berkarakter yang Berbasis Islam

Sejak dicanangkan 2 Mei 2010 lalu oleh Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), yang bertepatan dengan hari pendidikan nasional, pendidikan berkarakter mulai gencar disosialisasikan. Presiden SBY mengajak semua pihak bergerak cepat dapat merealisasikan pendidikan berkarakter ini. Pertanyaan kemudian, 

Q1 : Apakah sistem pendidikan selama ini tidak berhasil membentuk manusia Indonesia seutuhnya? 

Q2 : Apakah sistem pendidikan berkarakter akan membentuk manusia seutuhnya?

Sejibun pertanyaan yang muncul, dengan munculnya gagasan pendidikan berkarakter, akan menjadi bagian tidak terpisahkan dari penerapan sistem pendidikan berkarakter. Bahkan, ia akan menjadi bagian pro dan kontra dari sejumlah pihak terhadap pendidikan berkarakter.

Namun, terlepas dari semua ini. Lahirnya gagasan pendidikan berkarakter terlepas dari problematik yang terjadi dilingkup dunia pendidikan. Salah satunya, kian merosotnya moral anak didik. Seperti; tawuran antar pelajar dan mahasiswa, penggunaan narkoba, seks bebas.

Begitu juga dengan kasus bullyng di sekolah kini kian menjamur mulai dari siswa sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Misalnya saja pemukulan yang dilakukan senior terhadap yuniornya. Selain itu, tumbuh pesatnya jejaring sosial seperti; facebook, juga turut mewarnai dan memberi implikasi negatif terhadap perkembangan anak didik.

Meski tidak semua cerita kelam menyertai dinamika pendidikan nasional. Sejumlah prestasi yang dicapai anak didik di tingkat internasional. Namun, prestasi tersebut tenggelam di tengah gemuruhnya problematik pendidikan, yang selalu menghiasi media-media di Indonesia.

Solusi Efektif 

Olehnya itu, gagasan akan pendidikan karakter yang sudah dicanangkan Presiden SBY lebih satu tahun lalu. Adalah sebuah gagasan yang diharapkan menjadi solusi efektif dalam membenahi sistem pendidikan Indonesia. Kementerian pendidikan nasional yang digawangi Prof Dr Muh. Nuh akan menjadi motor gerakan pendidikan berkarakter secara nasional. 

Menurut Muh Nuh, sebagaimana yang dikutip dimajalahBaca, bahwa sekarang ini yang paling mendesak untuk dilakukan adalah pendidikan berkarakter. Lebih lanjut, Muh Nuh yang juga mantan menteri Menkominfo, menegaskan pentingnya pendidikan yang berbasis karakter dengan segala dimensi dan variasinya.

Paling tidak, menurut Muh. Nuh, perlunya pendidikan berkarakter diterapkan, akibat karakter bangsa yang sangat merisaukan. Begitu banyak kasus yang terjadi diluar akal sehat bangsa Indonesia. Lebih memprihatinkan lagi, yang melakukannya, adalah orang-orang yang berpendidikan.

Pendidikan berkarakter akan melahirkan bangsa yang unggul dalam berbagai dimensi. Keunggulan itu tercermin dari moral, etika, dan budi pekerti yang baik, juga ditandai dengan semangat , tekad dan energi yang kuat. Begitu juga dengan pikiran positif dan sikap yang optimis, serta dengan rasa persaudaraan, persatuan dan kebersamaan yang tinggi.

Jika, lembaga pendidikan melahirkan produk seperti di atas. Sejatinya akan melahirkan manusia-manusia Indonesia yang berkualitas. Sehingga, dapat bersaing dengan sumber daya manusia negara lain. Manusia-manusia seperti inilah yang akan menjadi tuan di negeri sendiri. Bukan menjadi budak dinegeri sendiri.

Sebagaimana yang diketahui selama ini, begitu banyak perusahan-perusahan besar di Indonesia dengan potensi sumber daya alam yang begitu besar. Tapi, tidak bisa berkonstribusi besar dalam  mensejahterakan rakyat akibat di kuasai oleh orang asing. Misalnya saja, tambang nikel yang dikuasai perusahan asing inco di Soroako, dan tambang emas yang dikuasai Freeport di Papua.

Tentu saja keberhasilan penerapan pendidikan karakter dengan output manusia yang berkualitas, berdaya saing tinggi. Patut mendapat support, dari semua elemen bangsa. Tak terkecuali masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Sebab, pendidikan berkarakter banyak mereduksi dari nilai-nilai ajaran Islam, yang menjadi tujuan pendidikan Islam.

Mereduksi Islam

Salah satu tujuan dari ajaran Islam, yakni melahirkan manusia-manusia yang berkarakter. Manusia yang tidak unggul secara kualitas yang berimplikasi akan prosfek hidup secara dunia semata. Tapi, manusia yang akan dilahirkan Islam manusia yang unggul dari dimensi spritual yaitu penghambaan satu-satu kepada Allah azza wajallah.

Tidak hanya itu, Islam menjadi landasan tegaknya sebuah peradaban Islam. Peradaban Islam dibangun atas pandangan bahwa Islam addin, adalah agama wahyu. Konsep Islam terbentuk dari rangkaian konsep-konsep pokok dalam Islam, seperti konsep ketuhanan, konsep kenabian, dan sebagainya.

Menurut Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, sebagaimana yang dikutip di buku Pendidikan Islam: Membentuk manusia berkarakter dan beradab oleh Dr. Adian Husaini,  Islam memiliki worldview yang berbeda dengan pandangan hidup agama/peradaban lainnya. Al-Attas menjelaskan sejumlah karakteristik pandangan hidup Islam, antara lain: [1] berdasarkan kepada wahyu; [2] tidak semata-mata merupakan pikiran manusia mengenai alam fisik dan keterlibatan manusia dalam sejarah, sosial, politik, dan budaya; [3] tidak bersumber dari spekulasi filosofis yang dirumuskan berdasarkan pengamatan dan pengalaman inderawi; [4] mencakup pandangan tentang dunia dan akhirat.
          Jadi, menurut al-Attas, pandangan alam Islam adalah visi mengenai realitas dan kebenaran (the vision of reality and truth), atau pandangan Islam mengenai eksistensi (ru’yat al-Islam lil wujud). Al-Attas menegaskan, bahwa pandangan hidup Islam bersifat final dan telah dewasa sejak lahir.

Olehnya itu, apabila ingin menghasilkan hasil yang maksimal dalam penerapannya. Seyogyanya, penerapan pendidikan berkarakter mereduksi nilai-nilai ajaran Islam. Nilai-nilai ajaran Islamlah yang berhasil melahirkan manusia-manusia unggul paripurna yang berhasil peradaban yang tercatat dalam tinta sejarah emas.
 

No comments:

Post a Comment

Copyright© Hasil Nukilan : Burhanuddin